Surabaya, yang dikenal sebagai Kota Pahlawan, bukan hanya menyimpan kisah heroik pertempuran 10 November yang melegenda. Kota ini juga menjadi rumah bagi beragam kuliner klasik yang telah mengakar kuat di hati masyarakatnya.
Setiap gigitan makanan khas Surabaya bukan sekadar rasa di lidah, melainkan sebuah cerita—kisah perjalanan panjang yang dirangkai dari sejarah, budaya, dan warisan keluarga yang terus dijaga.
Bagi pencinta kuliner, Surabaya ibarat harta karun. Di sini, rasa tidak hanya soal manis, asin, atau pedas; melainkan tentang keberanian mencampur tradisi dan inovasi tanpa kehilangan akar budaya.
Makanan-makanan legendarisnya seperti rawon, lontong balap, tahu tek, sate klopo, rujak cingur, hingga jajanan pasar seperti klepon dan onde-onde telah menjadi identitas kota ini.
Jejak Sejarah Rasa Surabaya
Sejak zaman kerajaan Majapahit, wilayah yang kini menjadi Surabaya sudah dikenal sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan besar. Letaknya yang strategis membuat kota ini menjadi titik temu pedagang dari berbagai daerah dan bangsa.
Pertukaran barang selalu diiringi dengan pertukaran budaya, termasuk tradisi kuliner.
Pengaruh Budaya dalam Kuliner Surabaya
- Budaya Jawa Timur memberi dasar rasa pedas, gurih, dan kaya bumbu.
- Pendatang Tionghoa membawa teknik tumis, mie, dan olahan tepung seperti cakue dan bakpao.
- Pengaruh Madura terlihat dari maraknya sate ayam/kambing dan soto kuah kuning.
- Jejak kolonial Belanda melahirkan hidangan roti, bistik, dan kue kering yang masih bertahan hingga kini.
Kuliner Surabaya adalah hasil dari percampuran budaya tersebut. Setiap hidangan klasik punya cerita panjang yang sering kali melibatkan lebih dari satu etnis.
Rawon – Hitam Legam, Kaya Cerita
Tak mungkin membicarakan kuliner klasik Surabaya tanpa menyebut rawon.
Kuahnya berwarna hitam pekat karena penggunaan kluwek buah khas yang memiliki rasa gurih sedikit pahit.
Rawon bukan hanya makanan, tapi juga simbol kekayaan rasa Jawa Timur.
1. Asal Usul Rawon
Sejarawan kuliner meyakini bahwa rawon sudah ada sejak zaman Majapahit. Kluwek yang menjadi ciri khasnya dahulu digunakan sebagai pengawet alami sekaligus pemberi rasa.
2. Ciri Khas Rawon Surabaya
- Kuah lebih pekat dibanding rawon daerah lain.
- Daging dipotong besar-besar.
- Disajikan dengan tauge pendek dan sambal terasi.
Warung Legendaris:
- Rawon Nguling – resep turun-temurun sejak 1942.
- Rawon Setan – terkenal buka tengah malam, porsinya besar.
Lontong Balap – Balapan Lidah yang Melegenda
Nama lontong balap berasal dari kebiasaan pedagang zaman dulu yang bergegas mencari pembeli, sehingga tampak seperti balapan.
Isinya sederhana: lontong, tauge, tahu goreng, lento (perkedel kacang tolo), kuah kecap gurih, dan sambal.
Kunci kenikmatan: lento yang gurih dan kuah yang manis gurih, berpadu dengan sambal pedas.
Warung terkenal:
- Lontong Balap Pak Gendut – berdiri sejak 1956.
Tahu Tek – Sederhana tapi Menggoda
Tahu tek adalah bukti bahwa kesederhanaan bisa menghasilkan rasa luar biasa. Namanya berasal dari suara gunting (“tek tek tek”) saat penjual memotong tahu dan lontong.
Bumbunya adalah kombinasi kacang tanah goreng, petis udang, bawang putih, dan cabai. Rasa gurih petis membuat tahu tek berbeda dari gado-gado atau ketoprak.
Sate Klopo – Gurih dari Kelapa
Sate ini unik karena dagingnya dilumuri kelapa parut berbumbu sebelum dibakar. Hasilnya, aroma wangi sangrai kelapa berpadu dengan rasa daging yang juicy.
Rekomendasi: Sate Klopo Ondomohen Bu Asih.
Rujak Cingur – Simbol Khas Surabaya
Rujak cingur adalah salad khas Jawa Timur yang unik karena menggunakan cingur (hidung dan mulut sapi) sebagai salah satu bahan. Disajikan dengan lontong, sayur rebus, tahu, tempe, dan buah-buahan seperti bengkuang dan nanas, lalu diberi saus kacang dan petis.
Bagi pendatang, rasanya bisa jadi kejutan. Tapi bagi warga Surabaya, ini adalah rasa masa kecil.
Soto Lamongan & Soto Madura di Surabaya
Meskipun berasal dari daerah lain, soto Lamongan dan soto Madura sudah menjadi bagian dari kehidupan kuliner Surabaya. Soto Lamongan terkenal dengan koya udangnya, sementara Soto Madura punya kuah kuning yang kuat rempah.
Jajanan Pasar Klasik yang Tak Lekang Waktu
Surabaya punya pasar-pasar tradisional seperti Pasar Genteng, Pasar Atom Lama, dan Pasar Pabean yang menjadi surga jajanan klasik.
Beberapa yang terkenal:
- Klepon – ketan berisi gula merah cair, dilapisi kelapa parut.
- Onde-onde – kulit wijen dengan isi kacang hijau manis.
- Lemper – ketan isi abon ayam atau daging.
- Getuk Lindri – singkong manis berwarna-warni.
Minuman Legendaris
- Es Krim Zangrandi – berdiri sejak 1930, warisan Belanda.
- Es Degan Jalan Tunjungan – segar untuk mengusir panas.
- Wedang Angsle – minuman hangat berisi kacang hijau, roti tawar, dan ketan.
Kuliner Kolonial yang Bertahan
Pengaruh Belanda meninggalkan jejak di:
- Roti Primarasa – resep lama dengan rasa otentik.
- Bistik Lidah – daging lidah sapi empuk dengan saus cokelat.
- Kue kering tradisional – nastar, kastengel, spekuk.
Tips Wisata Kuliner Klasik di Surabaya
- Datang Pagi untuk Jajanan Pasar – stok cepat habis.
- Jangan Takut Pedas – sebagian besar makanan Surabaya punya level pedas bawaan.
- Bawa Uang Tunai – beberapa penjual legendaris masih belum menerima pembayaran digital.
- Jangan Lupa Minum Banyak Air – panas Surabaya bisa membuat cepat haus.
Menjelajahi Surabaya lewat kulinernya adalah sebuah perjalanan yang tak hanya memuaskan perut, tapi juga hati.
Setiap rawon yang hangat, setiap suapan rujak cingur yang penuh rasa, hingga kelembutan klepon yang meledak manis di mulut, semuanya adalah potongan mozaik dari sejarah dan budaya kota ini.
Di tengah arus modernisasi dan hadirnya berbagai tren makanan baru, kuliner klasik Surabaya tetap bertahan, seakan menjadi jangkar yang menjaga identitas kota. Resep-resep tua diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, bukan sekadar sebagai sumber penghidupan, tetapi sebagai warisan rasa yang wajib dijaga.
Mencicipi makanan legendaris Surabaya bukan sekadar urusan lidah. Ia adalah pengalaman merasakan jejak masa lalu, mendengar kisah para penjual yang setia di lapak mereka selama puluhan tahun, dan meresapi bagaimana sebuah kota memelihara kenangan melalui rasa.
Surabaya, pada akhirnya, adalah kota yang mengajarkan bahwa makanan bukan hanya soal kenyang tetapi soal merayakan hidup, menjaga tradisi, dan menghargai perjalanan waktu.
Dan bagi siapa pun yang pernah mencicipinya, cita rasa klasik Surabaya akan selalu menjadi cerita yang ingin diulang, lagi dan lagi.